Laman

Jumat, 11 Juni 2010

Pengobatan Akupunktur Medik terhadap Depresi

Pengobatan Akupunktur Medik terhadap Depresi

Depresi adalah penyakit yang berhubungan dengan fungsi otak dan berdampak pada seluruh organ tubuh. Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) memperlihatkan bahwa saat ini depresi merupakan penyakit keempat terbanyak di dunia. Studi epidemiologi menunjukkan insiden depresi mencapai 10-20 % dari populasi. Depresi termasuk kelompok penyakit kronik dan berulang dan sulit disembuhkan.

Beberapa faktor yang seperti faktor biologis, faktor psikososial dan faktor genetik diduga menjadi penyebab depresi. Faktor genetik semakin meningkatkan kerentanan seseorang terhadap depresi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa adanya faktor genetik yang disertai riwayat stresor mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem saraf.

Pada depresi terjadi peningkatan hormon kortisol di dalam cairan cerebrospinalis dan darah. Tingginya kadar kortisol berhubungan dengan berat ringannya depresi. Peningkatan hormon kortisol timbul akibat adanya stresor berlebihan yang dapat mengativasi aksis HPA (Hypothalamo Pituitary Adrenal). Adanya stresor yang berlebihan dan dikaitkan dengan beberapa faktor yang dapat menyebabkan depresi pada seseorang akan menimbulkan hiperaktivitas HPA aksis. Hiperaktivitas HPA aksis akan merangsang sekresi Corticotropin Releasing Hormon (CRH) sehingga CRH juga sangat tinggi pada pasien yang berhadapan dengan stresor. CRH yang tinggi berpengaruh pada hipotalamus dan hipokampus. Pada keadaan normal sekresi CRH akan merangsang hipofisis untuk membentuk Adenocorticotropin Hormon (ACTH). ACTH merangsang kelenjar adrenal untuk membentuk kortisol dan kortisol akan memberikan umpan balik ke hipotalamus dan hipofisis untuk mengurangi sekresi CRH dan ACTH. Namun pada depresi mekanisme umpan balik ini terganggu. Gangguan umpan balik ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol untuk menekan sekresi CRH. Disinhibisi sekresi CRH menyebabkan tingginya kadar CRH dalam cairan cerebrospinalis sehingga semakin mempermudah seseorang untuk menderita depresi apabila berhadapan dengan stresor. Apabila peningkatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. kerusakan hipokampus inilah yang merusak mekanisme umpan balik kortisol terhadap CRH. Semakin tinggi CRH semakin banyak kortisol. Semakin tinggi kadar kortisol semakin memperberat depresi. Hiperkortisolemia akan mendestruksi hipokampus. Kerusakan hipokampus menyebabkan disinhibisi aksis HPA dan seterusnya.

Penegakan diagnosis berdasarkan PPDGJ III meliputi gejala utama dan gejala tambahan. Gejala utama meliputi : Suasana perasaan yang depresi/sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan terdiri dari konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, gangguan tidur, nafsu makan berkurang. (PPDGJ III, Cermin).

Secara garis besar penatalaksanaan depresi terdiri dari: psikoterapi, obat-obatan, Electroconvulsive Therapy (ECT), akupunktur. Sampai saat ini masih terdapat angka kegagalan dan kekambuhan dalam pengobatan depresi yang cukup besar melalui pengobatan dengan obat-obatan dan fitofarmaka. Hal ini antara lain disebabkan pasien tidak tahan dengan efek samping obat-obat anti depresi. Untuk itu perlu adanya terapi tambahan untuk menambah tingkat kesembuhan depresi dan mengurangi angka kekambuhan. Penelitian Luo dkk menyatakan efektifitas elektroakupunktur sama dengan pengobatan konvensional Amitriptilin.

Secara medik telah diketahui bahwa penusukan pada titik-titik akupunktur akan memicu pengeluaran neurotransmitter dan neurohumoral. Terbukti bahwa penusukan pada titik akupunktur merangsang pengeluaran serotonin dan norepineprin. Mekanisme kerja akupunktur pada depresi berkaitan dengan efek sentral. Penusukan pada titik-titik akupunktur terutama di daerah kepala akan segera meningkatan kadar serotonin dan norepineprin terutama di sistem saraf pusat. Rangsangan penusukan akupunktur akan mengaktifasi hipothalamus pituitari sehingga melepaskan serotonin dan beta endorphin ke dalam darah dan cairan cerebrospinal. Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan penusukan akupunktur pada titik Bahui (GV-20) berefek meningkatkan metabolisme glukosa di otak terutama di lobus frontallis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, nukleus kaudatus,nukleus formis dan cerebelum. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi dalam metabolisme otak dan pemeliharaan sel-sel saraf. Lobus frontalis berperan dalam memori, emosi dan kepribadian. Faktor emosi dan kepribadian barkaitan erat dengan depresi.

Titik Sishenchong (EX-HN-1) dan Yintang (EX-HN-3) dipilih untuk memperkuat efek sentral dari titik Bahui (GV-20) sehingga diharapkan akan memperbanyak sekresi neurotransmitter dan neurohumoral pada cairan cerebrospinalis yang diperlukan untuk mengobati depresi. Titik-titik tersebut juga telah terbukti secara klinis efektif untuk mengobati depresi.

Penusukan pada titik Hegu (LI-4) dapat mengaktifkan daerah sensorimotor bilateral, lobus frontalis superior dan temporalis superior, thalamus dan cerebellum serta area asosiasi temporal-oksipital. Lobus temporal memiliki fungsi auditori, memori dan pengalaman emosi. Kerusakan pada lobus ini dapat menimbulkan gangguan emosi yang pada akhirnya berpengaruh pada depresi. Secara empiris penusukan titik Hegu ( LI-4) dan Taichong (Liv-4) terbukti dapat meningkatkan endorfin dan enkefalin dalam jumlah signifikan sehingga bermanfaat sebagai penenang. Efek penenang dan euforia dari neurotransmitter tersebut dapat mengurangi hiperaktifasi aksis HPA sehingga dapat menurunkan sekresi kortisol.

Dengan berkurangnya stres melalui sekresi endorphin pada penusukan akupunktur dapat membantu mengatur regulasi kadar kortisol yang tinggi di perifer. Penusukan pada titik akupunktur juga membantu meregulasi sistem homeostasis tubuh terutama yang yang berkaitan dengan aksis HPA sehingga reaksi umpan balik kortisol terhadap hipotalamus dan hipokampus dapat kembali normal. Penusukan pada titik akupunktur juga meregulasi sistem homeostasis sekresi hormonal lain seperti Growth Hormon dan Tyroid Stimulating Hormon (TSH) yang terlibat dalam patogenesis depresi.

Pemilihan titik berdasarkan pada bukti klinis (Evidence Based Medicine/EBM) dan eksperimental dari beberapa penelitian yang ada. Hasil terapi yang terbaik dalam mengobati depresi mungkin akan didapat jika menggabungkan antara psikoterapi, obat-obatan dan akupunktur medik. Pengobatan akupunktur diharapkan akan meningkatkan angka kesembuhan depresi terlebih lagi akupunktur merupakan pengobatan yang efektif dan aman dinilai dari efek samping akupunktur yang minimal sehingga dapat mengurangi efek samping dari obat-obat anti depresan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar