Laman

Senin, 21 Juni 2010

Nyeri haid (Dismenorhae)

Nyeri Haid (Dismenorhae)

Suatu proses yang normal jika seorang wanita mengalami haid atau menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya peluruhan dinding (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan biasanya terjadi rutin setiap bulan kecuali pada masa kehamilan.Pada sebagian wanita, biasanya akan mengalami masa yang menyiksa yaitu proses haid yang disertai dengan nyeri atau rasa sakit. Sebenarnya normal bila seorang wanita merasa nyeri, hanya terkadang seorang wanita merasakan nyeri haid yang sangat hebat sampai mengganggu aktivitasnya. Nyeri haid pada taraf yang berat ini sering disebut dengan dismenorhae.
Gejala mungkin mulai mucul 1-2 hari sebelum menstruasi, puncaknya pada hari pertama aliran, dan mereda pada hari itu atau selama beberapa hari. Rasa sakit biasanya digambarkan sebagai tumpul, sakit, kram dan sering menjalar hingga punggung bawah

Klasifikasi Nyeri Haid
1. Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan kesehatan.
2. Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap.

Terapi
Pengobatan dismenorhae disamping dengan menggunakan obat-obatan penghilang nyeri juga dapat menggunakan teknik akupunktur. Berdasarkan penelitian akupunktur ternyata dapat membantu mengatasi gangguan nyeri haid secara efektif. Penusukan akupunktur bekerja pada tingkat lokal, segmental dan sentral. Pada kasus dismenore akupunktur bertujuan : melancarkan aliran darah ke uterus, mengurangi kontraksi uterus, menghambat pengeluaran prostaglandin (PGF2 alfa) dan meningkatkan produksi endorfin yang berakibat meningkatnya nilai ambang nyeri, sehingga penusukan pada titik-titik akupunktur dapat mengurangi/menghilangkan nyeri yang ada, mengaktivasi mekanisme pertahanan tubuh dan memulihkan homeostasis.
Keuntungan terapi dismenorea primer dengan menggunakan akupunktur adalah efeknya cepat dalam mengurangi nyeri, tekniknya sederhana, relatif tanpa efek samping, dengan demikian diharapkan penggunaan obat farmakologi dapat dikurangi, dan mengurangi biaya pembelian obat analgetik, diharapkan berkurangnya atau hilangnya nyeri akan meningkatkan kualitas hidup, penurunan angka absensi sekolah, peningkatan prestasi belajar.
Pada pengobatan akupunktur terkadang pasien takut terhadap jarum dan di tempat tusukan dapat terjadi hematom dan alergi. Rasa takut jarum dapat diatasi dengan komunikasi yang baik antara dokter danpasien sedangkan hematom yang timbul biasanya hilang dalam waktu 1 minggu, dapat juga dilakukan kompres dengan air hangat atau diberikan salep Thrombophob. Bintik kemerahan pada bekas tusukan biasanya hilang dalam waktu 1-2 hari.
Obat penghilang sakit (golongan NSAID, COX2 inhibitor) selain harganya relatif mahal, dan jika dikomsumsi terus menerus seringkali menimbulkan efek samping pada hati, ginjal dan saluran pencernaan, dibandingkan dengan terapi yang menggunakan obat-obatan penghilang sakit, terapi akupunktur relatif lebih aman dan efek samping yang ditimbulkan sangat kecil.

Senin, 14 Juni 2010

Sejarah Pendidikan Akupunktur Medik di RSCM

Sejarah Akupunktur di Indonesia dimulai sejak didirikannya pendidikan dan pelayanan dibidang akupunktur medik yang pada saat itu berada didalam subbagian akupunktur bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM pada tahun 1963 yang dikepalai oleh Prof. dr. Oei Eng Tie. Hal ini merupakan instruksi dari Presiden RI Ir. Soekarno pada saat itu kepada Menteri Kesehatan Prof. dr. Satrio.
Dalam rangka pengembangan penelitian akupunktur dan pelayanannya maka beberapa staf pengajar dari beberapa bidang ilmu kedokteran yang ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM seperti Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, THT dan Neurologi di didik dalam ilmu akupunktur dibagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM.
Bersamaan dengan terbentuknya subbagian akupunktur, dimulailah dilakukan Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur di RSCM yang peserta didiknya adalah dokter umum yang dikirim oleh Depkes, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, AIP Pertamina, dll.
Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur ini dilakukan selama 3-4 tahun dimana lulusannya ditempatkan pada banyak rumah sakit di Indonesia. Peserta didik mendapat brevet yang dikeluarkan oleh bagian Akupunktur RSCM yang kemudian ikut ditandatangani oleh direktur RSCM sebagai penanggung jawab tempat pendidikan akupunktur medik. Sejalan perkembangannya terjadi perubahan dari subbagian menjadi bagian Akupunktur dan kemudian berubah menjadi Departemen Medik Akupunktur.
Pada perkembangan lebih lanjut pada tahun 1978 telah disahkan kurikulum PROGRAM PENDIDIKAN AKUPUNKTUR KEDOKTERAN yang lulusannya disebut sebagai dokter ahli (pada saat itu semua dokter spesialis disebut sebagai dokter ahli) yang brevetnya diberikan oleh bagian dan disahkan oleh Perhimpunan Dokter Akupunktur Medik Indonesia (PDAI) kemudian disahkan oleh Majelis Dokter Ahli (MDA) Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pada sekitar tahun 1980AN lulusan program pendidikan Akupunktur Medik mendapat pengakuan sebagai Dokter Spesialis I dari Departemen Pendidikan dan Kesehatan.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penyempurnaan kurikulum yang mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang pada tahun 2008 telah mendapat pengesahan dari KKI.
Pengertian akupunktur medik mengacu pada American Board of Medical Acupuncture (ABMA) yang merupakan anggota dari ICMART yang berbunyi “Medical acupuncture is a medical discipline having a central core of knowledge embracing the integration of acupuncture from various traditions into contemporary biomedical practice” (Akupunktur Medik adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki dasar pengetahuan yang mencakup integrasi ilmu akupunktur dari berbagai ilmu tradisional menjadi ilmu biomedik kontemporer). Atas dasar ini Kolegium Akupunktur Indonesia (KAI) menetapkan pengertian Akupunktur Medik atau Kedokteran Akupunktur adalah cabang ilmu kedokteran, yang memanfaatkan pengetahuan dan teknik rangsang akupunktur, yang sudah teruji secara ilmiah sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku, dan pada penerapan klinisnya dalam upaya kuratif-rehabilitatif preventif-promotif menggunakan dasar pembuktian ilmiah (evidence bases medicine).
Dalam perkembangan lebih lanjut maka dalam kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik serta dalam kegiatan penelitian diberikan dan digunakan antara lain beberapa cabang ilmu lain seperti imunologi, neurosains, neuroanatomi, neurofisiologi, neurorehabilitasi, biologi molekuler, farmakologi klinik, endokrinologi sebagai dasar perkembangan keilmuan akupunktur medik dan pelayanannya.
Atas dasar hal tersebut diatas, walaupun tidak menggunakan kata medik dalam kolegiumnya, namun di dalam kurikulum dan standar pendidikannya disebut sebagai Akupunktur Medik yang telah digunakan sejak tahun 1978 dan telah mengalami penyempurnaan serta telah disahkan sebagai standar Pendidikan Akupunktur Medik tahun 2008 oleh KKI. Tahun 2009 melalui muktamar IDI di Palembang PDAI disahkan sebagai PDSp(Perhimpunan Dokter Spesialis)di bawah naungan MKKI IDI.

MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR DAN APLIKASI KLINIK

Jan S. Purba
Departemen Neurologi FK UI / RSCM

ABSTRAK
Perkembangan ilmu biomedik membuka rahasia akupunktur medik dalam penggunaaan akupunktur sebagai terapi dari berbagai penyakit. Dari kajian baik secara seluler maupun molekuler, membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur pada titik akupunktur atau meridian meningkatkan konsentrasi dari berbagai neurotransmiter di plasma dan jaringan otak seperti β-endomorfin, enkefalin, dan 5-HT. Ketidakseimbangan neurotransmiter ini akan berperan dalam patologi terjadinya penyakit. Jika ketidakseimbangan ini dibiarkan maka segala sistem menyangkut metabolisme dan imunomodulator akan terganggu. Gangguan inilah yang terjadi pada penyakit tertentu seperti nyeri baik itu neuropatik maupun nosiseptif, gangguan pencernaan, penyakit psikiatrik, penyakit gangguan gerak serta penyakit metabolik. Oleh karena kasus seperti disebut diatas ditemukan ketidakseimbangan neurotransmiter maka penusukan jarum akupunktur melalui sekresi neurotransmiter dapat digunakan sebagai strategi terapi.


KARAKTERISTIK TITIK AKUPUNKTUR
Perkembangan ilmu biomedik yang mencoba mencari penjelasan tentang akupunktur dimulai dari pengertian titik akupunktur. Titik akupunktur menurut ilmu biomedik merupakan titik pada jaringan tubuh yang padat jaringan dan ujung-ujung saraf, sel-sel mast dan kapiler serta saluran limpatik. Kulit dan jaringan otot akan terlibat dalam penusukan jarum akupunktur. Oleh Melzack (1977)1 dinyatakan bahwa 70-80% dari titik akupunktur tidak berbeda dengan titik nyeri dan titik otot motorik. Titik akupunktur ternyata memang mempunyai potensial elektrik yang tinggi dibanding dengan titik lain di tubuh sehingga disebutkan bahwa titik akupunktur merupakan titik yang berenergi tinggi dibuktikan dengan menggunakan galvanometer. Pemeriksaan histologis membuktikan dari preparat yang terdiri dari 34 lokasi kulit yang diambil dimana 11 diantaranya adalah dari lokasi titik akupunktur ditemukan 2 jenis titik akupunktur yakni reseptor dan efektor2. Penemuan ini didasari oleh distribusi reseptor somatosensorik dan dari sejumlah ujung-ujung saraf bebas3.
Beberapa studi baik hewan percobaan maupun pada manusia telah menunjukan bahwa penusukan akupunktur bisa memberikan multipel respons biologi. Reaksi ini bisa bersifat lokal (disekitar penusukan), regional dan sistemik. Reaksi ini terjadi akibat reaksi titik akupunktur seperti yang disebut diatas baik respons melalui jaringan saraf sensorik sampai melibatkan saraf sentral. Seperti diketahui bahwa jaringan saraf berkomunikasi satu dengan yang lain melalui neurotransmiter di sinapsis. Stimulasi terhadap jaringan saraf di perifer akan berlanjut ke sentral melalui medula spinalis batang otak menuju hipotalamus, dan hipofisis. Stimulasi dari perifer akan disampaikan ke otak hipotalamus berefek terhadap sekresi neurotransmiter seperti β-endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 5-HT yang berperan sebagai inhibisi sensasi nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga berperan dalam sistem imun sebagai imunomodulator serta perbaikan fungsi organ lainnya seperti pada penyakit psikiatrik. Tindakan akupunktur juga melibatkan sebagian dari susunan saraf pusat termasuk sensasi dan fungsi otonom yang berhubungan dengan tekanan serta sirkulasi darah dan regulasi suhu tubuh4.

MEKANISME AKUPUNKTUR

Efek Neurofisiologik

Studi neurofisiologi membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur memberikan satu atau beberapa yang disebut poli signal sebagai stimulus yang berefek terhadap percepatan proses perbaikan metabolisme sel yang dikatakan sebagai proses penyembuhan. Proses penyembuhan ini diakibatkan oleh sekresi biokimiawi atau neurotransmiter akibat penusukan akupunktur melalui stimulasi sistem jaringan saraf. Sekresi biokimiawi dan neurotransmiter ini merupakan stimulan atau inhibisi terhadap gangguan metabolisme sel atau neuron melalui perubahan dari K+, Na+, dan Ca+ di neuron5. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa stimulasi terhadap sistem saraf akan melibatkan lebih dari 30 jenis neuropeptida yang berperan dalam sistem penghubung signal melalui sistem hormonal yang berarti akan melibatkan seluruh komponen organ tubuh6. Stimulus nyeri mengakibatkan sekresi 5-HT dari nukleus rafe dorsalis magnus dan berakhir di kornu dorsalis di medulla spinalis. Selain itu juga terjadi sekresi enkefalin oleh neuron di medula spinalis mengakibatkan inhibisi glutamat di sinspsis sehingga menginhibisi penyampaian stimulus oleh jaringan saraf tipe C dan A delta ke otak7.

Efek Terhadap Sistem Imun
Penusukan jaringan didefinisikan sebagai stres biologis yang berefek terhadap neurotransmiter tertentu. Spesifik pada titik akupuktur mempunyai efek tertentu. Dipastikan bahwa efek akupunktur dalam fungsi sistem imun berkaitan dengan efek β-endorfin, metionin enkefalin, dan leukin enkefalin terhadap sistem ini. Sejauh ini sudah dibuktikan bahwa leukosit mengandung proopiomelanokortin mRNA. Dengan demikian leukosit sebenarnya dapat mensintesa ACTH, β-endorfin dari komposisi promolekul dari ACTH. Reseptor opioid endogen juga ditemukan di limfosit B, limfosit T, dan natural killer, granulosit, monosit, platelets, dan kompleman8.

Efek terhadap sistem pencernaan dan metabolisme

Dari berbagai penelitian membuktikan bahwa peran akupunktur terhadap masalah gangguan pencernaan pengaturan sistem saraf otonom dalam hal menginhibisi sekresi asam lambung begitu juga sekresi opioid. Dari penelitian pada hewan percobaan ditemukan bahwa penusukan akupunktur juga berefek pada aktivitas lifolitik βendorfin yang kemudian ternyata dengan efek sama pada manusia9,10. Peningkatan β-endorfin di plasma diakibatkan oleh peningkatan insulin pada diabetic mice11.

APLIKASI KLINIK
Penyakit dengan keluhan nyeri. Statistik di klinik nyeri di USA mencatat bahwa sekitar satu juta orang penderita nyeri diterapi dengan akupunktur per tahun12. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa penggunaan terapi akupunktur sangat efektif untuk penanggulangan nyeri kepala akibat stres (nyeri kepala tegang) dan penderita migren13,14,15. Selain itu juga efektif dalam terapi sindroma nyeri yang lain seperti dismenorrhea, osteoartritis, fibromiositis, trigeminal neuralgia, dan nyeri post-operatif16, 17, 18.

Efek terhadap gangguan psikologik. Seperti disebutkan bahwa terapi akupunktur akan meningkatkan sekresi 5-HT dan enkefalin di susunan saraf pusat dan plasma darah. Hal inilah yang berperan terhadap terapi gangguan mood.dan ansietas dan depresi19.

Efek terhadap obesitas. Efek terapi akupunktur terhadap obesitas adalah melalui cara kerja menekan pusat lapar di hipotalamus oleh neurotransmiter yang tersekresi akibat penusukan jarun akupunktur, Selain itu juga tentu berperan dalam aktivitas metabolisme sel melalui aksis hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan n. vagus20,21.

Kesimpulan
Dari sudut pandang biologi maka terapi akupunktur mendasar pada :
1. Adanya signal elektrik melalui konduksi jaringan saraf. Konduksi jaringan saraf ini akan menstimulasi sekresi biokimiawi dan neurotransmiter yang berperan baik sebagai analgesik demikian juga berperan dalam stimulasi sistem imun atau imunomodulator
2. Terjadinya aktivasi terhadap sistem endogen opioid di susunan saraf pusat mengakibatkan inhibisi eksitatorik sebagai analgesik
3. Perubahan sensasi mengakibatkan perubahan fungsi saraf otonom tubuh melalui perubahan komponen biokimiawi dan neurotransmiter dan neuroendokrin di otak.

Akupunktur dan Neurosains : Kajian Neurotransmiter dalam Metabolisme Sel

Akupunktur dan Neurosains :
Kajian Neurotransmiter dalam Metabolisme Sel
Jan S. Purba

Pendahuluan
Neurotransmiter sebagai Mediator dalam kehidupan sel
Kondisi sel yang merupakan bagian terkecil pembentuk organ akan menentukan kualitas hidup manusia. Pada dasarnya secara fisologik kehidupan dan kelanjutan fungsi sel secara biologik diatur secara genetik oleh biologis sel itu sendiri. Dalam proses pengaturan kehidupan biologis sel itu secara genetik maka sel membutuhkan perangkat seperti energi berupa ATP, bahan pernafasan seperti oksigen dan keberadaan neurotransmiter baik yang bersifat sebagai stimulan atau juga inhibisi terhadap aktivitas sel itu sendiri. Kebutuhan untuk stimulasi atau inhibisi terhadap sel adalah untuk mempertahankan keseimbangan fungsi dan struktur sel itu sendiri. Jika keseimbangan terganggu maka organ secara keseluruhan baik fungsi ataupun struktur akan mengarah pada kondisi patologis yang membutuhkan penanganan secara medis baik dalam bentuk terapi farmaka maupun non-farmaka. Penanganan secara farmakologik maupun non-farmakologik mendasar pada masalah defisiensi terhadap kesanggupan sel dalam menjaga keseimbangan baik melalui stimulatorik maupun inhibitorik neurotransmiter dan neurohormonal.

Akupunktur dan metabolisme sel
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa tindakan akupunktur berefek terhadap perubahan tatanan biokimiawi berupa neurotransmiter termasuk neurohormonal dan neuroimunologi di susunan saraf pusat di otak. Kejadian di otak ini selanjutnya akan berefek terhadap sekresi neurotransmiter ke otot, batang otak sampai kembali ke otak sentral yang akan mengatur secara keseluruhan metabolisme sel. Perubahan sensasi ini secara umum terhadap fungsi tubuh antara lain menyangkut fungsi sistem imun yang berperan dalam memproteksi tubuh dari serangan infeksi, menyangkiut regulasi dan pengaturan fungsi kardiovaskuler, metabolisme, pengaturan suhu tubuh serta perilaku. Perubahan fungsi melalui sensasi neurohormonal ini dibuktikan melalui beberapa penelitian tentang penusukan pada titik akupunktur yang mengaktifkan aksis Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) dan secara langsung menghasilkan ACTH, opioid endogen seperti ß-endorfin serta kortisol. Opioid endogen seperti ß-endorfin berperan sebagai analgesik yang berprinsip sebagai terapi nyeri sesaat dan induksi tidur secara tidak langsung. Selain itu stimulasi sentral terhadap aksis HPA akan berperan dalam hal pengaturan metabolisme, perilaku dan sistem endokrin yang kesemuanya ini berperan dalam pengaturan fungsi sistem saraf dalam hal neuroendokrin, sirkadian tidur, pengaturan temperatur serta rasa lapar.

Mekanisme kerja akupunktur
Mekanisme kerja akupunktur bisa pada tingkat lokal, segmental, dan sentral.
Pada reaksi tingkat lokal didaerah sekitar penusukan akan mengakibatkan calor dari jaringan disekitarnya sebagai respons untuk merangsang reaksi imun. Reaksi imun ini bisa berupa sekresi histamine oleh sel mast, bradikinin, serotonin, asetilkolin dan kalium, substansia P (SP) prostaglandin beserta peptida lain mengaktivasi serabut aferen nosiseptif mengakibatkan nyeri. Reaksi lokal merupakan reaksi inflamasi kecil bisa mengakibatkan sintesis opioid endogen sebagai anti-nosiseptif. Setelah pencabutan jarum, distribusi potensial listrik di sekitar tepi jejas saraf menimbulkan medan potensial listrik yang bertindak sebagai stimulator terhadap ujung saraf bebas di kulit selama 72 jam setelah penusukan. Sifat stimulasi ini bervariasi menurut jenis jarum, keadaan tusukan, kualitas jaringan dan kesiagaan sistim saraf dari pasien itu sendiri.
Mekanisme tingkat segmental melibatkan segmen-segmen myelotom, neurotom, somatom, dan viserotom. Penusukan pada titik akupunktur menyebabkan pelepasan peptida-peptida di dalam sumsum tulang belakang yang memodulasi trasmisi informasi nosiseptif menuju susunan saraf pusat yang mempunyai efek inhibitoris pada interneuron di lamina rexed V medulla spinalis. Inhibisi ini dimediasi oleh opiate-relieving system. Reaksi regional ini bisa berdampak lebih luas mencapai 2 – 3 dermatom termasuk viserokutaneus, muskulo-kutaneus dan muskulo-viseralis, dan refleks vegetatif, regangan dan polisinaptik segmental. Stimulasi daerah somatik atau viseral, baik berupa stimulasi mekanik, kimiawi atau elektrik mengakibatkan perubahan aktifitas sel-sel di kornu dorsalis medula spinalis. Perubahan terutama berupa penurunan persepsi nyeri.
Sedangkan pada tingkat sentral stimulasi penusukan jarum di daerah perifer akan diteruskan ke ventroposterior nukleus talamikus yang selanjutnya diproyeksikan ke korteks. Di midbrain ditemukan cabang-cabang kolateral menuju periaquaductal grey matter (PAG). Dari sini akan diproyeksikan ke nukleus rafe magnus (NRM) dan ke nukleus retikularis paragigantoselularis (NRPG) di medula oblongata. Stimulus ini kemudian melalui serotonergik dan noradrenergik akan menginhibisi aktivitas di substansia gelatinose. Jaras hipotalamus-hipofisis menjadi aktif mengakibatkan sekresi beta-endorfin ke pembuluh darah dan cairan otak (CSF) menyebabkan efek analgesia dan homeostatis dari beberapa sistem, termasuk sistem immun, kardiovasular, respiratorik, serta proses penyembuhan. Hilangnya atau berkurangnya rasa nyeri, sedasi dan euforia pada terapi akupunktur merupakan efek jangka panjang dari neuropeptida, endorfin dan enkefalin.

Kesimpulan
Efek penusukan jarum akupunktur akan membuka luas kajian tentang peranan neurotransmiter dalam ilmu Akupunktur. Pendekatan utama dalam kajian mengenai cara kerja akupunktur mendasar pada pengetahuan tentang jaras jaringan saraf terhadap organ tubuh yang juga berarti metabolisme sel organ. Selanjutnya metabolisme sel baik yang mendasar pada aktif atau pasif transport dari dinding sel membutuhkan pengetahuan tentang biologi molekuler menyangkut fungsi reseptor dan segala perangkatnya. Berdasarkan hal yang disebut diatas maka penggunan terapi non-farmaka Akupunktur dalam berbagai patologi baik yang akut maupun kronik sangat signifikan.


PIT PDAI 2008

Sabtu, 12 Juni 2010

Efek Akupunktur pada Hamil Letak Sungsang

Posisi setiap bayi dalam rahim ibu bisa tidak bisa sama. Memang pada umumnya, posisi bayi dalam rahim adalah posisi terbaring telungkup dengan punggung di bagian depan. Selain posisi tersebut, biasa pula jika bayi berbaring dengan punggung menghadap ke sisi kiri. Lalu terdapat pula posisi bayi sungsang yang bisa menjadi penyulit pada saat persalinan.

Ada beberapa posisi bayi sungsang. Posisi itu adalah presentasi bokong. Artinya, pada pemeriksaan dalam yang teraba hanya bokong bayi saja. Posisi itu terjadi karena janin meluruskan (ekstensi) kedua sendi lututnya, sehingga kedua kaki mengarah ke atas dan kedua ujungnya sejajar dengan bahu atau kepala. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi bokong teraba dengan satu kaki di sampingnya, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi kaki. Saat pemeriksaan yang teraba lebih dulu adalah salah satu atau kedua kaki, karena posisi kaki berada di bagian paling rendah.

Sebab Sungsang
Bisa dikatakan letak janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Jika posisi sungsang terjadi di bawah usia kehamilan 32 minggu jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Artinya dari yang posisinya sungsang bisa berputar menjadi melintang lalu berputar lagi, sehingga posisi kepala di bagian bawah rahim. Selain itu proporsi antara ukuran janin dan ruang rahim juga cukup besar sehingga memudahkan prgerakan janin. Jangan heran kalau pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi.

Permasalahannya adalah ketika memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, posisi sungsang sudah sulit untuk berubah karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Namun semestinya di trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih besar daripada kepala akan menempati ruangan yang lebih besar yakni di bagian atas rahim. Sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil, di segmen bawah rahim. Tetapi muncul masalah mengapa posisi sungsang kok, masih bisa hingga usia kehamilan cukup bulan?

Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya, adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya.

Penyebab sungsang bisa pula karena hidramnion, itu loh jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga. Selain itu, karena gangguan hidrosefalus bisa pula menyebabkan bayi sungsang. Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim. Karena plasenta previa pun dapat mengakibatkan bayi sungsang. Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Kemudian panggul sempit, yakni ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang. Kelainan bawaan juga dapat mengakibatkan bayi sungsang. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung menngubah posisinya menjadi sungsang. Disamping itu menurut tinjauan kedokteran timur (Akupunktur) salah satu penyebab terjadinya malposisi janin termasuk di antaranya letak sungsang adalah karena faktor emosional si ibu, stres dan sebagainya menimbulkan hambatan aliran energi vital (Qi) sehingga janin gagal mencapai posisi alamiah (normal)

Mengatasi Bayi Sungsang
Sampai sejauh ini tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi bayi sungsang terutama jika usia kehamilan yang semakin tua dan ukuran janin yang semakin bertambah besar. Salah satunya yang mungkin akan dilakukan oleh dokter adalah dengan cara memutarnya dari luar External Cephalic Version (ECV). Cara ini sangat tergantung dari keahlian dokter ybs namun sekarang sudah tidak dianjurkan lagi mengingat resikonya yang cukup besar.

Salah satu cara yang paling aman yang patut dicoba adalah dengan akupunktur. Beberapa titik akupunktur terbukti dapat membantu mengembalikan janin ke posisi normal. Walaupun mekanisme kerja akupunktur dalam reposisi janin dengan letak sungsang belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli namun pada banyak kasus akupunktur terbukti efektif dalam membantu mengembalikan posisi janin yang abnormal tersebut. Akupunktur juga dinilai sangat aman karena tidak memanipulasi janin secara langsung sehingga tidak beresiko menimbulkan lilitan pusat atau ruptur plasenta yang bisa terjadi pada tindakan ECV yang tidak tepat. Akupunktur juga dapat meningkatkan sekresi endorphin dalam darah ibu sehingga membuat lebih rilek, sehat dan nyaman serta siap untuk menghadapi proses persalinan.

Terapi Akupunktur Meningkatkan Nafsu Makan Anak

Sekitar 25% dari anak dengan tumbuh kembang normal dan 80% anak dengan keterlambatan tumbuh kembang memiliki masalah dalam proses makannya.Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan makan pada bayi dan anak-anak didefinisikan sebagai “ kegagalan makan secara adequat yang sifatnya menetap yang terlihat dari kegagalan bertambahnya berat badan secara signifikan atau kehilangan berat badan secara signifikan dalam satu bulan terakhir”. Kriteria diagnostik juga harus memperlihatkan secara spesifik bahwa tidak terdapat kelainan gastrointestinal atau kelainan medik lainnya, tidak terdapat kekurangan nutrisi tertentu, tidak terdapat gangguan mental dan harus terjadi pada umur kurang dari 6 tahun.Sebagian besar dokter anak menyimpulkan gangguan makan sebagai penolakan atau ketidakmampuan anak untuk makan atau minum dalam jumlah yang adekuat guna menjaga status gizinya tanpa melihat etiologi.

Nafsu makan atau selera makan diatur oleh pusat pengaturan nafsu makan yang terletak di hipothalamus. Masalah gangguan makan tetap merupakan sesuatu yang sulit dipahami karena melibatkan banyak faktor diantaranya : faktor psikologi, biokimia, perkembangan, fisiologi, dan fenomena psikiatri. Pada beberapa kasus penyebab gangguan makan tidak diketahui dengan pasti namun pada anak dengan nafsu makan rendah, yang perlu mendapatkan perhatian adalah motilitas lambung.

Mekanisme kerja akupunktur dalam mengatasi gangguan makan pada anak salah satu adalah melalui perbaikan terhadap waktu pengosongan lambung.Telah lama diketahui bahwa distensi lambung memberikan sinyal rasa kenyang ke otak.Peningkatan waktu pengosongan lambung dan usus berhubungan dengan meningkatnya rasa lapar. Stimulasi pada beberapa titik akupunktur terbukti dapat memperbaiki motilitas gastrointestinal. Melalui peningkatan motilitas lambung akan meningkatkan waktu pengosongan lambung akan akan timbul perbaikan pada nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang CP, dkk, (2008) akupunktur terbukti dapat mempercepat waktu pengosongan lambung.

Beberapa teknik stimulasi pada titik akupunktur terbukti dapat membantu mengatasi anoreksia (hilangnya nafsu makan) pada anak kedua dinilai efektif untuk memperbaiki nafsu makan pada anak.Stimulasi yang digunakan untuk terapi anoreksia pada anak biasanya tidak menggunakan jarum akupunktur melainkan dengan menggunakan teknik moksibusi atau teknik rangsang panas. teknik ini tentu tidak menimbulkan rasa sakit/ nyeri akibat tusukan jarum. Penggunaan teknik mosibusi yang tepat akan memberikan sensasi hangat dan nyaman yang disukai oleh anak-anak.

MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR MEDIK

MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR MEDIK


Kini telah diketahui bahwa efek penusukan terjadi melalui hantaran saraf dan melalui humoral/endokrin. Secara umum efek penusukan jarum terbagi atas efek lokal, efek segmental dan efek sentral :

1. Efek lokal.
Penusukan jarum akan menimbulkan perlukaan mikro pada jaringan. Hal ini menyebabkan pelepasan hormon jaringan (mediator) dan menimbulkan reaksi rantai biokimiawi.

Efek yang terjadi secara lokal meliputi dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas kapiler, perubahan lingkungan interstisial, stimulasi nosiseptor, aktivasi respons imun nonspesifik, dan penarikan leukosit dan sel Langerhans. Reaksi lokal ini dapat dilihat sebagai kemerahan pada daerah penusukan.

2. Efek segmental / regional.
Tindakan akupunktur akan merangsang serabut saraf Aδ dan rangsangan itu akan diteruskan ke segmen medula spinalis bersangkutan dan ke sel saraf lainnya, dengan demikian mempengaruhi segmen medula spinalis yang berdekatan.
3. Efek sentral.
Rangsang yang sampai pada medula spinalis diteruskan pula ke susunan saraf pusat melalui jalur batang otak, substansia grisea, hipotalamus, talamus dan cerebrum.
Dengan demikian maka penusukan akupunktur yang merupakan tindakan invasif mikro akan dapat menghilangkan gejala nyeri yang ada, mengaktivasi mekanisme pertahanan tubuh, sehingga memulihkan homeostasis.

Jumat, 11 Juni 2010

Pengobatan Akupunktur Medik terhadap Depresi

Pengobatan Akupunktur Medik terhadap Depresi

Depresi adalah penyakit yang berhubungan dengan fungsi otak dan berdampak pada seluruh organ tubuh. Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) memperlihatkan bahwa saat ini depresi merupakan penyakit keempat terbanyak di dunia. Studi epidemiologi menunjukkan insiden depresi mencapai 10-20 % dari populasi. Depresi termasuk kelompok penyakit kronik dan berulang dan sulit disembuhkan.

Beberapa faktor yang seperti faktor biologis, faktor psikososial dan faktor genetik diduga menjadi penyebab depresi. Faktor genetik semakin meningkatkan kerentanan seseorang terhadap depresi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa adanya faktor genetik yang disertai riwayat stresor mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem saraf.

Pada depresi terjadi peningkatan hormon kortisol di dalam cairan cerebrospinalis dan darah. Tingginya kadar kortisol berhubungan dengan berat ringannya depresi. Peningkatan hormon kortisol timbul akibat adanya stresor berlebihan yang dapat mengativasi aksis HPA (Hypothalamo Pituitary Adrenal). Adanya stresor yang berlebihan dan dikaitkan dengan beberapa faktor yang dapat menyebabkan depresi pada seseorang akan menimbulkan hiperaktivitas HPA aksis. Hiperaktivitas HPA aksis akan merangsang sekresi Corticotropin Releasing Hormon (CRH) sehingga CRH juga sangat tinggi pada pasien yang berhadapan dengan stresor. CRH yang tinggi berpengaruh pada hipotalamus dan hipokampus. Pada keadaan normal sekresi CRH akan merangsang hipofisis untuk membentuk Adenocorticotropin Hormon (ACTH). ACTH merangsang kelenjar adrenal untuk membentuk kortisol dan kortisol akan memberikan umpan balik ke hipotalamus dan hipofisis untuk mengurangi sekresi CRH dan ACTH. Namun pada depresi mekanisme umpan balik ini terganggu. Gangguan umpan balik ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol untuk menekan sekresi CRH. Disinhibisi sekresi CRH menyebabkan tingginya kadar CRH dalam cairan cerebrospinalis sehingga semakin mempermudah seseorang untuk menderita depresi apabila berhadapan dengan stresor. Apabila peningkatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. kerusakan hipokampus inilah yang merusak mekanisme umpan balik kortisol terhadap CRH. Semakin tinggi CRH semakin banyak kortisol. Semakin tinggi kadar kortisol semakin memperberat depresi. Hiperkortisolemia akan mendestruksi hipokampus. Kerusakan hipokampus menyebabkan disinhibisi aksis HPA dan seterusnya.

Penegakan diagnosis berdasarkan PPDGJ III meliputi gejala utama dan gejala tambahan. Gejala utama meliputi : Suasana perasaan yang depresi/sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan terdiri dari konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, gangguan tidur, nafsu makan berkurang. (PPDGJ III, Cermin).

Secara garis besar penatalaksanaan depresi terdiri dari: psikoterapi, obat-obatan, Electroconvulsive Therapy (ECT), akupunktur. Sampai saat ini masih terdapat angka kegagalan dan kekambuhan dalam pengobatan depresi yang cukup besar melalui pengobatan dengan obat-obatan dan fitofarmaka. Hal ini antara lain disebabkan pasien tidak tahan dengan efek samping obat-obat anti depresi. Untuk itu perlu adanya terapi tambahan untuk menambah tingkat kesembuhan depresi dan mengurangi angka kekambuhan. Penelitian Luo dkk menyatakan efektifitas elektroakupunktur sama dengan pengobatan konvensional Amitriptilin.

Secara medik telah diketahui bahwa penusukan pada titik-titik akupunktur akan memicu pengeluaran neurotransmitter dan neurohumoral. Terbukti bahwa penusukan pada titik akupunktur merangsang pengeluaran serotonin dan norepineprin. Mekanisme kerja akupunktur pada depresi berkaitan dengan efek sentral. Penusukan pada titik-titik akupunktur terutama di daerah kepala akan segera meningkatan kadar serotonin dan norepineprin terutama di sistem saraf pusat. Rangsangan penusukan akupunktur akan mengaktifasi hipothalamus pituitari sehingga melepaskan serotonin dan beta endorphin ke dalam darah dan cairan cerebrospinal. Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan penusukan akupunktur pada titik Bahui (GV-20) berefek meningkatkan metabolisme glukosa di otak terutama di lobus frontallis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, nukleus kaudatus,nukleus formis dan cerebelum. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi dalam metabolisme otak dan pemeliharaan sel-sel saraf. Lobus frontalis berperan dalam memori, emosi dan kepribadian. Faktor emosi dan kepribadian barkaitan erat dengan depresi.

Titik Sishenchong (EX-HN-1) dan Yintang (EX-HN-3) dipilih untuk memperkuat efek sentral dari titik Bahui (GV-20) sehingga diharapkan akan memperbanyak sekresi neurotransmitter dan neurohumoral pada cairan cerebrospinalis yang diperlukan untuk mengobati depresi. Titik-titik tersebut juga telah terbukti secara klinis efektif untuk mengobati depresi.

Penusukan pada titik Hegu (LI-4) dapat mengaktifkan daerah sensorimotor bilateral, lobus frontalis superior dan temporalis superior, thalamus dan cerebellum serta area asosiasi temporal-oksipital. Lobus temporal memiliki fungsi auditori, memori dan pengalaman emosi. Kerusakan pada lobus ini dapat menimbulkan gangguan emosi yang pada akhirnya berpengaruh pada depresi. Secara empiris penusukan titik Hegu ( LI-4) dan Taichong (Liv-4) terbukti dapat meningkatkan endorfin dan enkefalin dalam jumlah signifikan sehingga bermanfaat sebagai penenang. Efek penenang dan euforia dari neurotransmitter tersebut dapat mengurangi hiperaktifasi aksis HPA sehingga dapat menurunkan sekresi kortisol.

Dengan berkurangnya stres melalui sekresi endorphin pada penusukan akupunktur dapat membantu mengatur regulasi kadar kortisol yang tinggi di perifer. Penusukan pada titik akupunktur juga membantu meregulasi sistem homeostasis tubuh terutama yang yang berkaitan dengan aksis HPA sehingga reaksi umpan balik kortisol terhadap hipotalamus dan hipokampus dapat kembali normal. Penusukan pada titik akupunktur juga meregulasi sistem homeostasis sekresi hormonal lain seperti Growth Hormon dan Tyroid Stimulating Hormon (TSH) yang terlibat dalam patogenesis depresi.

Pemilihan titik berdasarkan pada bukti klinis (Evidence Based Medicine/EBM) dan eksperimental dari beberapa penelitian yang ada. Hasil terapi yang terbaik dalam mengobati depresi mungkin akan didapat jika menggabungkan antara psikoterapi, obat-obatan dan akupunktur medik. Pengobatan akupunktur diharapkan akan meningkatkan angka kesembuhan depresi terlebih lagi akupunktur merupakan pengobatan yang efektif dan aman dinilai dari efek samping akupunktur yang minimal sehingga dapat mengurangi efek samping dari obat-obat anti depresan.

Sejarah Akupunktur Medik Indonesia

Sejarah Akupunktur Medik Indonesia

Sejarah Pendidikan Akupunktur Medik Indonesia

Sejarah Akupunktur di Indonesia dimulai sejak didirikannya pendidikan dan pelayanan dibidang akupunktur medik yang pada saat itu berada didalam subbagian akupunktur bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM pada tahun 1963 yang dikepalai oleh Prof. dr. Oei Eng Tie. Hal ini merupakan instruksi dari Presiden RI pada saat itu kepada Menteri Kesehatan Prof. dr. Satrio.

Dalam rangka pengembangan penelitian akupunktur dan pelayanannya maka beberapa staf pengajar dari beberapa bidang ilmu kedokteran yang ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM seperti Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, THT dan Neurologi di didik dalam ilmu akupunktur dibagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM.

Bersamaan dengan terbentuknya subbagian akupunktur, dimulailah dilakukan Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur di RSCM yang peserta didiknya adalah dokter umum yang dikirim oleh Depkes, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, AIP Pertamina, dll.

Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur ini dilakukan selama 3-4 tahun dimana lulusannya ditempatkan pada banyak rumah sakit di Indonesia. Peserta didik mendapat brevet yang dikeluarkan oleh bagian Akupunktur RSCM yang kemudian ikut ditandatangani oleh direktur RSCM sebagai penanggung jawab tempat pendidikan akupunktur medik. Sejalan perkembangannya terjadi perubahan dari subbagian menjadi bagian Akupunktur dan kemudian berubah menjadi Departemen Medik Akupunktur.

Pada perkembangan lebih lanjut pada tahun 1978 telah disahkan kurikulum PROGRAM PENDIDIKAN AKUPUNKTUR KEDOKTERAN yang lulusannya disebut sebagai dokter ahli (pada saat itu semua dokter spesialis disebut sebagai dokter ahli) yang brevetnya diberikan oleh bagian dan disahkan oleh Perhimpunan Dokter Akupunktur Medik Indonesia (PDAI) kemudian disahkan oleh Majelis Dokter Ahli (MDA) Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pada sekitar tahun 1980AN lulusan program pendidikan Akupunktur Medik mendapat pengakuan sebagai Dokter Spesialis I dari Departemen Pendidikan dan Kesehatan.

Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penyempurnaan kurikulum yang mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang pada tahun 2008 telah mendapat pengesahan dari KKI.

Pengertian akupunktur medik mengacu pada American Board of Medical Acupuncture (ABMA) yang merupakan anggota dari ICMART yang berbunyi “Medical acupuncture is a medical discipline having a central core of knowledge embracing the integration of acupuncture from various traditions into contemporary biomedical practice” (Akupunktur Medik adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki dasar pengetahuan yang mencakup integrasi ilmu akupunktur dari berbagai ilmu tradisional menjadi ilmu biomedik kontemporer). Atas dasar ini Kolegium Akupunktur Indonesia (KAI) menetapkan pengertian Akupunktur Medik atau Kedokteran Akupunktur adalah cabang ilmu kedokteran, yang memanfaatkan pengetahuan dan teknik rangsang akupunktur, yang sudah teruji secara ilmiah sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku, dan pada penerapan klinisnya dalam upaya kuratif-rehabilitatif preventif-promotif menggunakan dasar pembuktian ilmiah (evidence bases medicine).

Dalam perkembangan lebih lanjut maka dalam kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik serta dalam kegiatan penelitian diberikan dan digunakan antara lain bebebarapa cabang ilmu lain seperti imunologi, neurosains, neuroanatomi, neurofisiologi, neurorehabilitasi, biologi molekuler, farmakologi klinik, endokrinologi sebagai dasar perkembangan keilmuan akupunktur medik dan pelayanannya.

Sejarah Akupunktur Dunia II

Sejarah Akupunktur Dunia II

Perkembangan akupunktur semakin bertambah pesat sejak awal abad ke-20. pada tahun 1913 kementrian pendidikan nasional Jepang membentuk suatu panitia untuk meneliti titik-titik akupunktur. Pada tahun 1918 ditetapkanlah 120 buah titik-titik akupunktur secara resmi dianggap penting dan memilki khasiat pengobatan.

Di Eropa tercatat dua orang dokter Belanda Ten Rhiye (1683) dan E. kamfer (1712). lalu tercatatat beberapa orang dokter dari perancis seperti L.marcon dan J. Koyer . Lalu akupunktur berkembang hingga ke Belgia dan Swiss. Selanjutnya pada 1929 Soulie de Morant telah menterjemahkan buku Pelajaran akupunktur dan Moksa ke dalam bahasa Perancis. Sejak sat itu semakin banyak buku-buku akupunktur yang diterjemahkan ke dalam bahasa perancis sehingga semakin menarik minat banyak kalangan medik yang ikut mempelajari dan mempraktekkan akupunktur di benua tersebut. Beberapa rumah sakit diperancis mulai tertarik untuk ikut mengintegrasikan dan mempraktekkan pelayanan akupunktur tersebut dalam sistem pelayanan kesehatan pada masyarakat disamping pelayanan kedokteran konvensional yang sudah lama merka terapkan.

Selanjutnya akupunktur semakin berkembang ke beberapa negara lain di Eropa. Tidak ketinggalan jerman, Italia, Rumania, Inggris, Spanyol dll. Perkembngab akupunktur juga mencapai Australia dan Rusia. Di Rusia akupunktur pertama kali dikenalkan oleh Tcharoukovski. Namun perkembangannya baru mencuat kembali sejak dikemukankannya teori Pavlov.

Perkembangan akupunktur di Amerika tercatat beberapa nama yang memiliki andil bagi pengenalan dan penyebaran praktek akupunktur di benuaa tersebut seperti F. Bache (1826), W.H. Stockwell (1835), W. M Lee (1837) G.E. Muster (1954) termasuk beberapa nama dari Amerika Latin R. Augilar dan J. Maria (1940) dari Meksiko. H.E. Pelicano (1950) dari Argentina dan D.V.Thomas (1950)dari Brazil.


Sejarah Akupunktur Dunia I

Sejarah Akupunktur Dunia I

Sejarah mencatat bahwa sebenarnya awal mula berkembangnya ilmu pengobatan akupunktur adalah berasal dari negeri tirai bambu atau Cina. Bangsa Cina sudah mengenal akupunktur yang dulunya dikenal dengan sebutan Chenjiu sejak kurang lebih dua ribu tahun yang lalu bahkan ada literatur ynag menyebutkan bahwa ilmu pengobatan ini sudah dikenal dan dipratekkan di Cina sejak lima ribu tahun yang lalu. Pencatatan mengenai ilmu akupunktur dimulai sejak zaman Kaisar Kuning melalui sebuah buku yang berjudul “Huangti Neijing” yang artinya ” Kitab Penyakit Dalam Kaisar Kuning”. Kitab ini sebenarnya dibuat pada zaman kerajaan Tjan kok. Kitab pengobatan ini dibuat atas perintah dari kaisar kepada salah seorang menterinya yang bernama Chi Po. Konon kaisar pada saat itu merasa risau bahwa dibalik kejayaan harta dan tahta kerajaan yang sudah dikuasainya namun ternyata masih banyak rakyatnya yang menderita akibat berbagai macam penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Oleh karena itu sang kaisar memerintahkan kepada para ahli-ahli pengobatan di seluruh negeri untuk melakukan pengkajian ilmu pengobatan tidak hanya terhadap pengobatan dengan menggunakan daun-daunan, biji-bijian, batu dan tulang-tulang saja akan tetapi mengkaji ilmu pengobatan dengan menggunakan jarum. kaisar jug amemerintahkan kepada mentertinya tersebut untuk melakukan pencatatan sebaik mungkin agar prinsip-prinsip ilmu akupunktur tersebut tidak mudah dilupakan orang bahkan dapat dijadikan bahan kajian bagi para pengobat dimasa yang akan datang. Oleh karena itulah kitab Huangti Neijing dianggap sebagai kitab pertama ilmu akupunktur dan moksibusi.

Pada abad ke-IV sebelum masehi Jin Jueh Chen atau Pian Ciao menulis sebuah buku yang berjudul Nan-Jing atau soal-soal sulit dalam ilmu kedokteran. Buku tersebut pada bebrapa halamanya membahas banyak hal tentang akupunktur klasik. Hal tersebtu menyangkut meidian, uraian beberapa titik akupunktur dan juga beberapa teknik dalam menggunakan jarum akupunktur.

Tahun 207 sebelum masehi sampai dengan kira-kira tahun 220 tahun masehi selama masa pemerintahan Dinasti Han Cong Cing dan Hua Tao adalah dokter yang sangat terkenal dimasanya. Di samping terkenal dengan keahliannya nya dalam ilmu bedah mereka juga terkenal dengan kemampuannya dalam pengobatan akupunktur. Mereka memanfatkan pengobatan akupunktur dan moksibusi dalam praktek kedokterannya sehari-hari.

Pada tahun 563 masehi ilmu akupunktur mulai menyebar ke Jepang. Dokter Che Jwang adalah orang pertama yang membuat atlas anatomi dengan titik-titik akupunktur. Pada masa itulah banyak pelajar-pelajar dari Jepang dikirim untuk memperdalam ilmu ini di Cina.

Berikutnya pada masa dinasti Thang sekitar tahun 752 Wang Dao menulis sebuah buku berjudul ” Rahasia Obat-obat Seorang Pengobat Desa” buku tersebut menguraikan secara mendetil tentang ilmu pengobatan akupunktur dan moksibusi.

Pada zaman dinasti Sung 1027 dibuatlah patung perungggu sebagai acuan atlas anatomi akupunktur yangsampai sekarang masih banyak dipakai oleh para pelajar yang mendalami akupunktur diseluruh dunia.

Saat dinasti Ming berkuasa sektar tahun 1425 Dhen Houi menulis buku yang diberi judul “Buku Klasik Pengobatan Ajaib” dan antara tahun 1522-1566 seorang ahli akupunktur menuliskan syair-syair pengingat titik-titik akupunktur sehinggga memudahkan kita dalam menghapal titik-titik akupunktur tersebut yang jumlahnya ratusan.

Demikianlah sekedar gambaran betapa ilmu akupunktur ini sudah sangat lama dipelajari dan dipraktekkan oleh bangsa Asia khususnya oleh masyarakat Cina. Pada saat ini ilmu akupunktur semakin menarik minat para pelajar diseluruh dunia untuk ikut mendalami dan mempraktekkan ilmu akupunktur sehingga ilmu ini mengalami penyebaran yang luar biasa pesatnya sehingga semakin dirasakan manfaatnya bagi umat manusia.