Laman

Senin, 14 Juni 2010

MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR DAN APLIKASI KLINIK

Jan S. Purba
Departemen Neurologi FK UI / RSCM

ABSTRAK
Perkembangan ilmu biomedik membuka rahasia akupunktur medik dalam penggunaaan akupunktur sebagai terapi dari berbagai penyakit. Dari kajian baik secara seluler maupun molekuler, membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur pada titik akupunktur atau meridian meningkatkan konsentrasi dari berbagai neurotransmiter di plasma dan jaringan otak seperti β-endomorfin, enkefalin, dan 5-HT. Ketidakseimbangan neurotransmiter ini akan berperan dalam patologi terjadinya penyakit. Jika ketidakseimbangan ini dibiarkan maka segala sistem menyangkut metabolisme dan imunomodulator akan terganggu. Gangguan inilah yang terjadi pada penyakit tertentu seperti nyeri baik itu neuropatik maupun nosiseptif, gangguan pencernaan, penyakit psikiatrik, penyakit gangguan gerak serta penyakit metabolik. Oleh karena kasus seperti disebut diatas ditemukan ketidakseimbangan neurotransmiter maka penusukan jarum akupunktur melalui sekresi neurotransmiter dapat digunakan sebagai strategi terapi.


KARAKTERISTIK TITIK AKUPUNKTUR
Perkembangan ilmu biomedik yang mencoba mencari penjelasan tentang akupunktur dimulai dari pengertian titik akupunktur. Titik akupunktur menurut ilmu biomedik merupakan titik pada jaringan tubuh yang padat jaringan dan ujung-ujung saraf, sel-sel mast dan kapiler serta saluran limpatik. Kulit dan jaringan otot akan terlibat dalam penusukan jarum akupunktur. Oleh Melzack (1977)1 dinyatakan bahwa 70-80% dari titik akupunktur tidak berbeda dengan titik nyeri dan titik otot motorik. Titik akupunktur ternyata memang mempunyai potensial elektrik yang tinggi dibanding dengan titik lain di tubuh sehingga disebutkan bahwa titik akupunktur merupakan titik yang berenergi tinggi dibuktikan dengan menggunakan galvanometer. Pemeriksaan histologis membuktikan dari preparat yang terdiri dari 34 lokasi kulit yang diambil dimana 11 diantaranya adalah dari lokasi titik akupunktur ditemukan 2 jenis titik akupunktur yakni reseptor dan efektor2. Penemuan ini didasari oleh distribusi reseptor somatosensorik dan dari sejumlah ujung-ujung saraf bebas3.
Beberapa studi baik hewan percobaan maupun pada manusia telah menunjukan bahwa penusukan akupunktur bisa memberikan multipel respons biologi. Reaksi ini bisa bersifat lokal (disekitar penusukan), regional dan sistemik. Reaksi ini terjadi akibat reaksi titik akupunktur seperti yang disebut diatas baik respons melalui jaringan saraf sensorik sampai melibatkan saraf sentral. Seperti diketahui bahwa jaringan saraf berkomunikasi satu dengan yang lain melalui neurotransmiter di sinapsis. Stimulasi terhadap jaringan saraf di perifer akan berlanjut ke sentral melalui medula spinalis batang otak menuju hipotalamus, dan hipofisis. Stimulasi dari perifer akan disampaikan ke otak hipotalamus berefek terhadap sekresi neurotransmiter seperti β-endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 5-HT yang berperan sebagai inhibisi sensasi nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga berperan dalam sistem imun sebagai imunomodulator serta perbaikan fungsi organ lainnya seperti pada penyakit psikiatrik. Tindakan akupunktur juga melibatkan sebagian dari susunan saraf pusat termasuk sensasi dan fungsi otonom yang berhubungan dengan tekanan serta sirkulasi darah dan regulasi suhu tubuh4.

MEKANISME AKUPUNKTUR

Efek Neurofisiologik

Studi neurofisiologi membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur memberikan satu atau beberapa yang disebut poli signal sebagai stimulus yang berefek terhadap percepatan proses perbaikan metabolisme sel yang dikatakan sebagai proses penyembuhan. Proses penyembuhan ini diakibatkan oleh sekresi biokimiawi atau neurotransmiter akibat penusukan akupunktur melalui stimulasi sistem jaringan saraf. Sekresi biokimiawi dan neurotransmiter ini merupakan stimulan atau inhibisi terhadap gangguan metabolisme sel atau neuron melalui perubahan dari K+, Na+, dan Ca+ di neuron5. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa stimulasi terhadap sistem saraf akan melibatkan lebih dari 30 jenis neuropeptida yang berperan dalam sistem penghubung signal melalui sistem hormonal yang berarti akan melibatkan seluruh komponen organ tubuh6. Stimulus nyeri mengakibatkan sekresi 5-HT dari nukleus rafe dorsalis magnus dan berakhir di kornu dorsalis di medulla spinalis. Selain itu juga terjadi sekresi enkefalin oleh neuron di medula spinalis mengakibatkan inhibisi glutamat di sinspsis sehingga menginhibisi penyampaian stimulus oleh jaringan saraf tipe C dan A delta ke otak7.

Efek Terhadap Sistem Imun
Penusukan jaringan didefinisikan sebagai stres biologis yang berefek terhadap neurotransmiter tertentu. Spesifik pada titik akupuktur mempunyai efek tertentu. Dipastikan bahwa efek akupunktur dalam fungsi sistem imun berkaitan dengan efek β-endorfin, metionin enkefalin, dan leukin enkefalin terhadap sistem ini. Sejauh ini sudah dibuktikan bahwa leukosit mengandung proopiomelanokortin mRNA. Dengan demikian leukosit sebenarnya dapat mensintesa ACTH, β-endorfin dari komposisi promolekul dari ACTH. Reseptor opioid endogen juga ditemukan di limfosit B, limfosit T, dan natural killer, granulosit, monosit, platelets, dan kompleman8.

Efek terhadap sistem pencernaan dan metabolisme

Dari berbagai penelitian membuktikan bahwa peran akupunktur terhadap masalah gangguan pencernaan pengaturan sistem saraf otonom dalam hal menginhibisi sekresi asam lambung begitu juga sekresi opioid. Dari penelitian pada hewan percobaan ditemukan bahwa penusukan akupunktur juga berefek pada aktivitas lifolitik βendorfin yang kemudian ternyata dengan efek sama pada manusia9,10. Peningkatan β-endorfin di plasma diakibatkan oleh peningkatan insulin pada diabetic mice11.

APLIKASI KLINIK
Penyakit dengan keluhan nyeri. Statistik di klinik nyeri di USA mencatat bahwa sekitar satu juta orang penderita nyeri diterapi dengan akupunktur per tahun12. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa penggunaan terapi akupunktur sangat efektif untuk penanggulangan nyeri kepala akibat stres (nyeri kepala tegang) dan penderita migren13,14,15. Selain itu juga efektif dalam terapi sindroma nyeri yang lain seperti dismenorrhea, osteoartritis, fibromiositis, trigeminal neuralgia, dan nyeri post-operatif16, 17, 18.

Efek terhadap gangguan psikologik. Seperti disebutkan bahwa terapi akupunktur akan meningkatkan sekresi 5-HT dan enkefalin di susunan saraf pusat dan plasma darah. Hal inilah yang berperan terhadap terapi gangguan mood.dan ansietas dan depresi19.

Efek terhadap obesitas. Efek terapi akupunktur terhadap obesitas adalah melalui cara kerja menekan pusat lapar di hipotalamus oleh neurotransmiter yang tersekresi akibat penusukan jarun akupunktur, Selain itu juga tentu berperan dalam aktivitas metabolisme sel melalui aksis hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan n. vagus20,21.

Kesimpulan
Dari sudut pandang biologi maka terapi akupunktur mendasar pada :
1. Adanya signal elektrik melalui konduksi jaringan saraf. Konduksi jaringan saraf ini akan menstimulasi sekresi biokimiawi dan neurotransmiter yang berperan baik sebagai analgesik demikian juga berperan dalam stimulasi sistem imun atau imunomodulator
2. Terjadinya aktivasi terhadap sistem endogen opioid di susunan saraf pusat mengakibatkan inhibisi eksitatorik sebagai analgesik
3. Perubahan sensasi mengakibatkan perubahan fungsi saraf otonom tubuh melalui perubahan komponen biokimiawi dan neurotransmiter dan neuroendokrin di otak.

1 komentar:

  1. ilmu yang sangat bermanfaat :-)
    bagaimana kalu cara kerja akupunktur pada penanganan kasus acne??
    mohon pencerahan..
    trimakasih

    BalasHapus