Laman

Kamis, 15 November 2012

Akupunktur untuk Epilepsi (TCM)

Epilepsi (Dian-Xian)

Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari gangguan fungsi otak secara intermiten yang menyebabkan bangkitan kejang-kejang (seizure) berulang kali. Ini adalah pertanda kalau fungsi otak seseorang terkadang terganggu.




Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, strok, alkohol dan lainnya. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Namun demikian penyebab pastinya tetap belum diketahui dan juga epilepsi bukanlah penyakit keterbelakangan mental, karena ilmuwan seperti Newton dan Alfred Nobel-pun terindikasi menderita epilepsi.

Secara umum semua orang beresiko mendapat epilepsi. Bahkan, setiap orang beresiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Dan menurut statistik, misalnya di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi. Jadi setidaknya ada 456.000 orang penyindap epilepsi di Inggris. Di Indonesia sendiri diprediksi sekitar 1% dari populasi mengidapnya.

TCM & Epilepsi

Menurut Prof. Dr. Enqin Zhang, seorang pengajar dan praktisi akupuntur di Universitas Middlesex London, Inggris, epilepsi dalam pandangan TCM (Traditional Chinese Medicine) dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu : (1) faktor emosi dan lingkungan (2) akumulasi phlegma dan (3) xue-stasis. Beberapa situs TCM menyebutkan pula angin-hati dapat menjadi penyebab. Secara umum penanganannya adalah menenangkan faktor emosi, mengeliminasi phlegma dan melancarkan xue yang stasis.

Tiga Titik Akupuntur Epilepsi-Jin Rui

Untuk terapi akupunturnya, Profesor Jin Rui (Pendiri Progam Studi Akupuntur di Universitas-TCM Guangzhao tahun 1980) mengajukan teknik 3 titik untuk penyakit epilepsi ini yaitu PC-06 Neiguan, BL-62 Shenmai dan KI-06 Zhaodai.

PC-06 merupakan titik akupoin dari meridian perikardium, dimana perikardium sendiri berfungsi sebagai pelindung organ jantung dari patogen luar. Epilepsi memiliki hubungan dengan shen-jantung, dimana shen-jantung kehilangan stabilitasnya. Dengan memanipulasi titik PC-06 diharapkan dapat menenangkan organ jantung dan shen-jantung.





Kemudian berdasarkan teori meridian, BL-62 dan KI-06 merupakan titik akupoin dalam meridian qiao-mai (stepping vessel), dimana yin-qiao-mai dimulai dari KI-06 hingga menuju ke kepala dan berakhir di mata membawa yin-qi (melewati daerah yin). Sedangkan yang-qiao-mai dimulai dari BL-62 menuju ke kepala dan berakhir mata membawa yang-qi (melewati daerah yang).

Keseimbangan dalam kedua qiao-mai cukup penting. Ketika terjadi ekses pada yin-qiao-mai maka orang tersebut akan mengalami proses mengantuk dan mata selalu ingin menutup serta sebaliknya jika terjadi ekses pada yang-qiao-mai, seseorang akan selalu terjaga. Qiao-mai juga mengendalikan otot. Ketika yin-qiao-mai bermasalah, maka aspek-dalam otot terlalu kuat dan aspek-luar otot melemah dan sebaliknya jika terdapat permasalahan pada yang-qiao-mai.

Karena mengatur fungsi otot tadi maka qiao-mai secara tidak langsung mengatur pula kekuatan, semangat dan kegesitan, dimana ketika penderita epilepsi setelah mengalami serangan biasanya kehilangan kekuatan dan semangat.


Senin, 21 Juni 2010

Nyeri haid (Dismenorhae)

Nyeri Haid (Dismenorhae)

Suatu proses yang normal jika seorang wanita mengalami haid atau menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya peluruhan dinding (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan biasanya terjadi rutin setiap bulan kecuali pada masa kehamilan.Pada sebagian wanita, biasanya akan mengalami masa yang menyiksa yaitu proses haid yang disertai dengan nyeri atau rasa sakit. Sebenarnya normal bila seorang wanita merasa nyeri, hanya terkadang seorang wanita merasakan nyeri haid yang sangat hebat sampai mengganggu aktivitasnya. Nyeri haid pada taraf yang berat ini sering disebut dengan dismenorhae.
Gejala mungkin mulai mucul 1-2 hari sebelum menstruasi, puncaknya pada hari pertama aliran, dan mereda pada hari itu atau selama beberapa hari. Rasa sakit biasanya digambarkan sebagai tumpul, sakit, kram dan sering menjalar hingga punggung bawah

Klasifikasi Nyeri Haid
1. Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan kesehatan.
2. Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap.

Terapi
Pengobatan dismenorhae disamping dengan menggunakan obat-obatan penghilang nyeri juga dapat menggunakan teknik akupunktur. Berdasarkan penelitian akupunktur ternyata dapat membantu mengatasi gangguan nyeri haid secara efektif. Penusukan akupunktur bekerja pada tingkat lokal, segmental dan sentral. Pada kasus dismenore akupunktur bertujuan : melancarkan aliran darah ke uterus, mengurangi kontraksi uterus, menghambat pengeluaran prostaglandin (PGF2 alfa) dan meningkatkan produksi endorfin yang berakibat meningkatnya nilai ambang nyeri, sehingga penusukan pada titik-titik akupunktur dapat mengurangi/menghilangkan nyeri yang ada, mengaktivasi mekanisme pertahanan tubuh dan memulihkan homeostasis.
Keuntungan terapi dismenorea primer dengan menggunakan akupunktur adalah efeknya cepat dalam mengurangi nyeri, tekniknya sederhana, relatif tanpa efek samping, dengan demikian diharapkan penggunaan obat farmakologi dapat dikurangi, dan mengurangi biaya pembelian obat analgetik, diharapkan berkurangnya atau hilangnya nyeri akan meningkatkan kualitas hidup, penurunan angka absensi sekolah, peningkatan prestasi belajar.
Pada pengobatan akupunktur terkadang pasien takut terhadap jarum dan di tempat tusukan dapat terjadi hematom dan alergi. Rasa takut jarum dapat diatasi dengan komunikasi yang baik antara dokter danpasien sedangkan hematom yang timbul biasanya hilang dalam waktu 1 minggu, dapat juga dilakukan kompres dengan air hangat atau diberikan salep Thrombophob. Bintik kemerahan pada bekas tusukan biasanya hilang dalam waktu 1-2 hari.
Obat penghilang sakit (golongan NSAID, COX2 inhibitor) selain harganya relatif mahal, dan jika dikomsumsi terus menerus seringkali menimbulkan efek samping pada hati, ginjal dan saluran pencernaan, dibandingkan dengan terapi yang menggunakan obat-obatan penghilang sakit, terapi akupunktur relatif lebih aman dan efek samping yang ditimbulkan sangat kecil.

Senin, 14 Juni 2010

Sejarah Pendidikan Akupunktur Medik di RSCM

Sejarah Akupunktur di Indonesia dimulai sejak didirikannya pendidikan dan pelayanan dibidang akupunktur medik yang pada saat itu berada didalam subbagian akupunktur bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM pada tahun 1963 yang dikepalai oleh Prof. dr. Oei Eng Tie. Hal ini merupakan instruksi dari Presiden RI Ir. Soekarno pada saat itu kepada Menteri Kesehatan Prof. dr. Satrio.
Dalam rangka pengembangan penelitian akupunktur dan pelayanannya maka beberapa staf pengajar dari beberapa bidang ilmu kedokteran yang ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM seperti Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam, THT dan Neurologi di didik dalam ilmu akupunktur dibagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM.
Bersamaan dengan terbentuknya subbagian akupunktur, dimulailah dilakukan Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur di RSCM yang peserta didiknya adalah dokter umum yang dikirim oleh Depkes, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, AIP Pertamina, dll.
Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur ini dilakukan selama 3-4 tahun dimana lulusannya ditempatkan pada banyak rumah sakit di Indonesia. Peserta didik mendapat brevet yang dikeluarkan oleh bagian Akupunktur RSCM yang kemudian ikut ditandatangani oleh direktur RSCM sebagai penanggung jawab tempat pendidikan akupunktur medik. Sejalan perkembangannya terjadi perubahan dari subbagian menjadi bagian Akupunktur dan kemudian berubah menjadi Departemen Medik Akupunktur.
Pada perkembangan lebih lanjut pada tahun 1978 telah disahkan kurikulum PROGRAM PENDIDIKAN AKUPUNKTUR KEDOKTERAN yang lulusannya disebut sebagai dokter ahli (pada saat itu semua dokter spesialis disebut sebagai dokter ahli) yang brevetnya diberikan oleh bagian dan disahkan oleh Perhimpunan Dokter Akupunktur Medik Indonesia (PDAI) kemudian disahkan oleh Majelis Dokter Ahli (MDA) Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Pada sekitar tahun 1980AN lulusan program pendidikan Akupunktur Medik mendapat pengakuan sebagai Dokter Spesialis I dari Departemen Pendidikan dan Kesehatan.
Dalam perkembangan selanjutnya terjadi penyempurnaan kurikulum yang mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang pada tahun 2008 telah mendapat pengesahan dari KKI.
Pengertian akupunktur medik mengacu pada American Board of Medical Acupuncture (ABMA) yang merupakan anggota dari ICMART yang berbunyi “Medical acupuncture is a medical discipline having a central core of knowledge embracing the integration of acupuncture from various traditions into contemporary biomedical practice” (Akupunktur Medik adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki dasar pengetahuan yang mencakup integrasi ilmu akupunktur dari berbagai ilmu tradisional menjadi ilmu biomedik kontemporer). Atas dasar ini Kolegium Akupunktur Indonesia (KAI) menetapkan pengertian Akupunktur Medik atau Kedokteran Akupunktur adalah cabang ilmu kedokteran, yang memanfaatkan pengetahuan dan teknik rangsang akupunktur, yang sudah teruji secara ilmiah sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku, dan pada penerapan klinisnya dalam upaya kuratif-rehabilitatif preventif-promotif menggunakan dasar pembuktian ilmiah (evidence bases medicine).
Dalam perkembangan lebih lanjut maka dalam kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik serta dalam kegiatan penelitian diberikan dan digunakan antara lain beberapa cabang ilmu lain seperti imunologi, neurosains, neuroanatomi, neurofisiologi, neurorehabilitasi, biologi molekuler, farmakologi klinik, endokrinologi sebagai dasar perkembangan keilmuan akupunktur medik dan pelayanannya.
Atas dasar hal tersebut diatas, walaupun tidak menggunakan kata medik dalam kolegiumnya, namun di dalam kurikulum dan standar pendidikannya disebut sebagai Akupunktur Medik yang telah digunakan sejak tahun 1978 dan telah mengalami penyempurnaan serta telah disahkan sebagai standar Pendidikan Akupunktur Medik tahun 2008 oleh KKI. Tahun 2009 melalui muktamar IDI di Palembang PDAI disahkan sebagai PDSp(Perhimpunan Dokter Spesialis)di bawah naungan MKKI IDI.

MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR DAN APLIKASI KLINIK

Jan S. Purba
Departemen Neurologi FK UI / RSCM

ABSTRAK
Perkembangan ilmu biomedik membuka rahasia akupunktur medik dalam penggunaaan akupunktur sebagai terapi dari berbagai penyakit. Dari kajian baik secara seluler maupun molekuler, membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur pada titik akupunktur atau meridian meningkatkan konsentrasi dari berbagai neurotransmiter di plasma dan jaringan otak seperti β-endomorfin, enkefalin, dan 5-HT. Ketidakseimbangan neurotransmiter ini akan berperan dalam patologi terjadinya penyakit. Jika ketidakseimbangan ini dibiarkan maka segala sistem menyangkut metabolisme dan imunomodulator akan terganggu. Gangguan inilah yang terjadi pada penyakit tertentu seperti nyeri baik itu neuropatik maupun nosiseptif, gangguan pencernaan, penyakit psikiatrik, penyakit gangguan gerak serta penyakit metabolik. Oleh karena kasus seperti disebut diatas ditemukan ketidakseimbangan neurotransmiter maka penusukan jarum akupunktur melalui sekresi neurotransmiter dapat digunakan sebagai strategi terapi.


KARAKTERISTIK TITIK AKUPUNKTUR
Perkembangan ilmu biomedik yang mencoba mencari penjelasan tentang akupunktur dimulai dari pengertian titik akupunktur. Titik akupunktur menurut ilmu biomedik merupakan titik pada jaringan tubuh yang padat jaringan dan ujung-ujung saraf, sel-sel mast dan kapiler serta saluran limpatik. Kulit dan jaringan otot akan terlibat dalam penusukan jarum akupunktur. Oleh Melzack (1977)1 dinyatakan bahwa 70-80% dari titik akupunktur tidak berbeda dengan titik nyeri dan titik otot motorik. Titik akupunktur ternyata memang mempunyai potensial elektrik yang tinggi dibanding dengan titik lain di tubuh sehingga disebutkan bahwa titik akupunktur merupakan titik yang berenergi tinggi dibuktikan dengan menggunakan galvanometer. Pemeriksaan histologis membuktikan dari preparat yang terdiri dari 34 lokasi kulit yang diambil dimana 11 diantaranya adalah dari lokasi titik akupunktur ditemukan 2 jenis titik akupunktur yakni reseptor dan efektor2. Penemuan ini didasari oleh distribusi reseptor somatosensorik dan dari sejumlah ujung-ujung saraf bebas3.
Beberapa studi baik hewan percobaan maupun pada manusia telah menunjukan bahwa penusukan akupunktur bisa memberikan multipel respons biologi. Reaksi ini bisa bersifat lokal (disekitar penusukan), regional dan sistemik. Reaksi ini terjadi akibat reaksi titik akupunktur seperti yang disebut diatas baik respons melalui jaringan saraf sensorik sampai melibatkan saraf sentral. Seperti diketahui bahwa jaringan saraf berkomunikasi satu dengan yang lain melalui neurotransmiter di sinapsis. Stimulasi terhadap jaringan saraf di perifer akan berlanjut ke sentral melalui medula spinalis batang otak menuju hipotalamus, dan hipofisis. Stimulasi dari perifer akan disampaikan ke otak hipotalamus berefek terhadap sekresi neurotransmiter seperti β-endorfin, norepinefrin dan enkefalin, 5-HT yang berperan sebagai inhibisi sensasi nyeri. Sekresi neurotransmiter ini juga berperan dalam sistem imun sebagai imunomodulator serta perbaikan fungsi organ lainnya seperti pada penyakit psikiatrik. Tindakan akupunktur juga melibatkan sebagian dari susunan saraf pusat termasuk sensasi dan fungsi otonom yang berhubungan dengan tekanan serta sirkulasi darah dan regulasi suhu tubuh4.

MEKANISME AKUPUNKTUR

Efek Neurofisiologik

Studi neurofisiologi membuktikan bahwa penusukan jarum akupunktur memberikan satu atau beberapa yang disebut poli signal sebagai stimulus yang berefek terhadap percepatan proses perbaikan metabolisme sel yang dikatakan sebagai proses penyembuhan. Proses penyembuhan ini diakibatkan oleh sekresi biokimiawi atau neurotransmiter akibat penusukan akupunktur melalui stimulasi sistem jaringan saraf. Sekresi biokimiawi dan neurotransmiter ini merupakan stimulan atau inhibisi terhadap gangguan metabolisme sel atau neuron melalui perubahan dari K+, Na+, dan Ca+ di neuron5. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa stimulasi terhadap sistem saraf akan melibatkan lebih dari 30 jenis neuropeptida yang berperan dalam sistem penghubung signal melalui sistem hormonal yang berarti akan melibatkan seluruh komponen organ tubuh6. Stimulus nyeri mengakibatkan sekresi 5-HT dari nukleus rafe dorsalis magnus dan berakhir di kornu dorsalis di medulla spinalis. Selain itu juga terjadi sekresi enkefalin oleh neuron di medula spinalis mengakibatkan inhibisi glutamat di sinspsis sehingga menginhibisi penyampaian stimulus oleh jaringan saraf tipe C dan A delta ke otak7.

Efek Terhadap Sistem Imun
Penusukan jaringan didefinisikan sebagai stres biologis yang berefek terhadap neurotransmiter tertentu. Spesifik pada titik akupuktur mempunyai efek tertentu. Dipastikan bahwa efek akupunktur dalam fungsi sistem imun berkaitan dengan efek β-endorfin, metionin enkefalin, dan leukin enkefalin terhadap sistem ini. Sejauh ini sudah dibuktikan bahwa leukosit mengandung proopiomelanokortin mRNA. Dengan demikian leukosit sebenarnya dapat mensintesa ACTH, β-endorfin dari komposisi promolekul dari ACTH. Reseptor opioid endogen juga ditemukan di limfosit B, limfosit T, dan natural killer, granulosit, monosit, platelets, dan kompleman8.

Efek terhadap sistem pencernaan dan metabolisme

Dari berbagai penelitian membuktikan bahwa peran akupunktur terhadap masalah gangguan pencernaan pengaturan sistem saraf otonom dalam hal menginhibisi sekresi asam lambung begitu juga sekresi opioid. Dari penelitian pada hewan percobaan ditemukan bahwa penusukan akupunktur juga berefek pada aktivitas lifolitik βendorfin yang kemudian ternyata dengan efek sama pada manusia9,10. Peningkatan β-endorfin di plasma diakibatkan oleh peningkatan insulin pada diabetic mice11.

APLIKASI KLINIK
Penyakit dengan keluhan nyeri. Statistik di klinik nyeri di USA mencatat bahwa sekitar satu juta orang penderita nyeri diterapi dengan akupunktur per tahun12. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa penggunaan terapi akupunktur sangat efektif untuk penanggulangan nyeri kepala akibat stres (nyeri kepala tegang) dan penderita migren13,14,15. Selain itu juga efektif dalam terapi sindroma nyeri yang lain seperti dismenorrhea, osteoartritis, fibromiositis, trigeminal neuralgia, dan nyeri post-operatif16, 17, 18.

Efek terhadap gangguan psikologik. Seperti disebutkan bahwa terapi akupunktur akan meningkatkan sekresi 5-HT dan enkefalin di susunan saraf pusat dan plasma darah. Hal inilah yang berperan terhadap terapi gangguan mood.dan ansietas dan depresi19.

Efek terhadap obesitas. Efek terapi akupunktur terhadap obesitas adalah melalui cara kerja menekan pusat lapar di hipotalamus oleh neurotransmiter yang tersekresi akibat penusukan jarun akupunktur, Selain itu juga tentu berperan dalam aktivitas metabolisme sel melalui aksis hypothalamic pituitary adrenal (HPA) dan n. vagus20,21.

Kesimpulan
Dari sudut pandang biologi maka terapi akupunktur mendasar pada :
1. Adanya signal elektrik melalui konduksi jaringan saraf. Konduksi jaringan saraf ini akan menstimulasi sekresi biokimiawi dan neurotransmiter yang berperan baik sebagai analgesik demikian juga berperan dalam stimulasi sistem imun atau imunomodulator
2. Terjadinya aktivasi terhadap sistem endogen opioid di susunan saraf pusat mengakibatkan inhibisi eksitatorik sebagai analgesik
3. Perubahan sensasi mengakibatkan perubahan fungsi saraf otonom tubuh melalui perubahan komponen biokimiawi dan neurotransmiter dan neuroendokrin di otak.

Akupunktur dan Neurosains : Kajian Neurotransmiter dalam Metabolisme Sel

Akupunktur dan Neurosains :
Kajian Neurotransmiter dalam Metabolisme Sel
Jan S. Purba

Pendahuluan
Neurotransmiter sebagai Mediator dalam kehidupan sel
Kondisi sel yang merupakan bagian terkecil pembentuk organ akan menentukan kualitas hidup manusia. Pada dasarnya secara fisologik kehidupan dan kelanjutan fungsi sel secara biologik diatur secara genetik oleh biologis sel itu sendiri. Dalam proses pengaturan kehidupan biologis sel itu secara genetik maka sel membutuhkan perangkat seperti energi berupa ATP, bahan pernafasan seperti oksigen dan keberadaan neurotransmiter baik yang bersifat sebagai stimulan atau juga inhibisi terhadap aktivitas sel itu sendiri. Kebutuhan untuk stimulasi atau inhibisi terhadap sel adalah untuk mempertahankan keseimbangan fungsi dan struktur sel itu sendiri. Jika keseimbangan terganggu maka organ secara keseluruhan baik fungsi ataupun struktur akan mengarah pada kondisi patologis yang membutuhkan penanganan secara medis baik dalam bentuk terapi farmaka maupun non-farmaka. Penanganan secara farmakologik maupun non-farmakologik mendasar pada masalah defisiensi terhadap kesanggupan sel dalam menjaga keseimbangan baik melalui stimulatorik maupun inhibitorik neurotransmiter dan neurohormonal.

Akupunktur dan metabolisme sel
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa tindakan akupunktur berefek terhadap perubahan tatanan biokimiawi berupa neurotransmiter termasuk neurohormonal dan neuroimunologi di susunan saraf pusat di otak. Kejadian di otak ini selanjutnya akan berefek terhadap sekresi neurotransmiter ke otot, batang otak sampai kembali ke otak sentral yang akan mengatur secara keseluruhan metabolisme sel. Perubahan sensasi ini secara umum terhadap fungsi tubuh antara lain menyangkut fungsi sistem imun yang berperan dalam memproteksi tubuh dari serangan infeksi, menyangkiut regulasi dan pengaturan fungsi kardiovaskuler, metabolisme, pengaturan suhu tubuh serta perilaku. Perubahan fungsi melalui sensasi neurohormonal ini dibuktikan melalui beberapa penelitian tentang penusukan pada titik akupunktur yang mengaktifkan aksis Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) dan secara langsung menghasilkan ACTH, opioid endogen seperti ß-endorfin serta kortisol. Opioid endogen seperti ß-endorfin berperan sebagai analgesik yang berprinsip sebagai terapi nyeri sesaat dan induksi tidur secara tidak langsung. Selain itu stimulasi sentral terhadap aksis HPA akan berperan dalam hal pengaturan metabolisme, perilaku dan sistem endokrin yang kesemuanya ini berperan dalam pengaturan fungsi sistem saraf dalam hal neuroendokrin, sirkadian tidur, pengaturan temperatur serta rasa lapar.

Mekanisme kerja akupunktur
Mekanisme kerja akupunktur bisa pada tingkat lokal, segmental, dan sentral.
Pada reaksi tingkat lokal didaerah sekitar penusukan akan mengakibatkan calor dari jaringan disekitarnya sebagai respons untuk merangsang reaksi imun. Reaksi imun ini bisa berupa sekresi histamine oleh sel mast, bradikinin, serotonin, asetilkolin dan kalium, substansia P (SP) prostaglandin beserta peptida lain mengaktivasi serabut aferen nosiseptif mengakibatkan nyeri. Reaksi lokal merupakan reaksi inflamasi kecil bisa mengakibatkan sintesis opioid endogen sebagai anti-nosiseptif. Setelah pencabutan jarum, distribusi potensial listrik di sekitar tepi jejas saraf menimbulkan medan potensial listrik yang bertindak sebagai stimulator terhadap ujung saraf bebas di kulit selama 72 jam setelah penusukan. Sifat stimulasi ini bervariasi menurut jenis jarum, keadaan tusukan, kualitas jaringan dan kesiagaan sistim saraf dari pasien itu sendiri.
Mekanisme tingkat segmental melibatkan segmen-segmen myelotom, neurotom, somatom, dan viserotom. Penusukan pada titik akupunktur menyebabkan pelepasan peptida-peptida di dalam sumsum tulang belakang yang memodulasi trasmisi informasi nosiseptif menuju susunan saraf pusat yang mempunyai efek inhibitoris pada interneuron di lamina rexed V medulla spinalis. Inhibisi ini dimediasi oleh opiate-relieving system. Reaksi regional ini bisa berdampak lebih luas mencapai 2 – 3 dermatom termasuk viserokutaneus, muskulo-kutaneus dan muskulo-viseralis, dan refleks vegetatif, regangan dan polisinaptik segmental. Stimulasi daerah somatik atau viseral, baik berupa stimulasi mekanik, kimiawi atau elektrik mengakibatkan perubahan aktifitas sel-sel di kornu dorsalis medula spinalis. Perubahan terutama berupa penurunan persepsi nyeri.
Sedangkan pada tingkat sentral stimulasi penusukan jarum di daerah perifer akan diteruskan ke ventroposterior nukleus talamikus yang selanjutnya diproyeksikan ke korteks. Di midbrain ditemukan cabang-cabang kolateral menuju periaquaductal grey matter (PAG). Dari sini akan diproyeksikan ke nukleus rafe magnus (NRM) dan ke nukleus retikularis paragigantoselularis (NRPG) di medula oblongata. Stimulus ini kemudian melalui serotonergik dan noradrenergik akan menginhibisi aktivitas di substansia gelatinose. Jaras hipotalamus-hipofisis menjadi aktif mengakibatkan sekresi beta-endorfin ke pembuluh darah dan cairan otak (CSF) menyebabkan efek analgesia dan homeostatis dari beberapa sistem, termasuk sistem immun, kardiovasular, respiratorik, serta proses penyembuhan. Hilangnya atau berkurangnya rasa nyeri, sedasi dan euforia pada terapi akupunktur merupakan efek jangka panjang dari neuropeptida, endorfin dan enkefalin.

Kesimpulan
Efek penusukan jarum akupunktur akan membuka luas kajian tentang peranan neurotransmiter dalam ilmu Akupunktur. Pendekatan utama dalam kajian mengenai cara kerja akupunktur mendasar pada pengetahuan tentang jaras jaringan saraf terhadap organ tubuh yang juga berarti metabolisme sel organ. Selanjutnya metabolisme sel baik yang mendasar pada aktif atau pasif transport dari dinding sel membutuhkan pengetahuan tentang biologi molekuler menyangkut fungsi reseptor dan segala perangkatnya. Berdasarkan hal yang disebut diatas maka penggunan terapi non-farmaka Akupunktur dalam berbagai patologi baik yang akut maupun kronik sangat signifikan.


PIT PDAI 2008

Sabtu, 12 Juni 2010

Efek Akupunktur pada Hamil Letak Sungsang

Posisi setiap bayi dalam rahim ibu bisa tidak bisa sama. Memang pada umumnya, posisi bayi dalam rahim adalah posisi terbaring telungkup dengan punggung di bagian depan. Selain posisi tersebut, biasa pula jika bayi berbaring dengan punggung menghadap ke sisi kiri. Lalu terdapat pula posisi bayi sungsang yang bisa menjadi penyulit pada saat persalinan.

Ada beberapa posisi bayi sungsang. Posisi itu adalah presentasi bokong. Artinya, pada pemeriksaan dalam yang teraba hanya bokong bayi saja. Posisi itu terjadi karena janin meluruskan (ekstensi) kedua sendi lututnya, sehingga kedua kaki mengarah ke atas dan kedua ujungnya sejajar dengan bahu atau kepala. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi bokong teraba dengan satu kaki di sampingnya, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi kaki. Saat pemeriksaan yang teraba lebih dulu adalah salah satu atau kedua kaki, karena posisi kaki berada di bagian paling rendah.

Sebab Sungsang
Bisa dikatakan letak janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Jika posisi sungsang terjadi di bawah usia kehamilan 32 minggu jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Artinya dari yang posisinya sungsang bisa berputar menjadi melintang lalu berputar lagi, sehingga posisi kepala di bagian bawah rahim. Selain itu proporsi antara ukuran janin dan ruang rahim juga cukup besar sehingga memudahkan prgerakan janin. Jangan heran kalau pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi.

Permasalahannya adalah ketika memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, posisi sungsang sudah sulit untuk berubah karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Namun semestinya di trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih besar daripada kepala akan menempati ruangan yang lebih besar yakni di bagian atas rahim. Sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil, di segmen bawah rahim. Tetapi muncul masalah mengapa posisi sungsang kok, masih bisa hingga usia kehamilan cukup bulan?

Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya, adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya.

Penyebab sungsang bisa pula karena hidramnion, itu loh jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga. Selain itu, karena gangguan hidrosefalus bisa pula menyebabkan bayi sungsang. Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim. Karena plasenta previa pun dapat mengakibatkan bayi sungsang. Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Kemudian panggul sempit, yakni ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang. Kelainan bawaan juga dapat mengakibatkan bayi sungsang. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung menngubah posisinya menjadi sungsang. Disamping itu menurut tinjauan kedokteran timur (Akupunktur) salah satu penyebab terjadinya malposisi janin termasuk di antaranya letak sungsang adalah karena faktor emosional si ibu, stres dan sebagainya menimbulkan hambatan aliran energi vital (Qi) sehingga janin gagal mencapai posisi alamiah (normal)

Mengatasi Bayi Sungsang
Sampai sejauh ini tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi bayi sungsang terutama jika usia kehamilan yang semakin tua dan ukuran janin yang semakin bertambah besar. Salah satunya yang mungkin akan dilakukan oleh dokter adalah dengan cara memutarnya dari luar External Cephalic Version (ECV). Cara ini sangat tergantung dari keahlian dokter ybs namun sekarang sudah tidak dianjurkan lagi mengingat resikonya yang cukup besar.

Salah satu cara yang paling aman yang patut dicoba adalah dengan akupunktur. Beberapa titik akupunktur terbukti dapat membantu mengembalikan janin ke posisi normal. Walaupun mekanisme kerja akupunktur dalam reposisi janin dengan letak sungsang belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli namun pada banyak kasus akupunktur terbukti efektif dalam membantu mengembalikan posisi janin yang abnormal tersebut. Akupunktur juga dinilai sangat aman karena tidak memanipulasi janin secara langsung sehingga tidak beresiko menimbulkan lilitan pusat atau ruptur plasenta yang bisa terjadi pada tindakan ECV yang tidak tepat. Akupunktur juga dapat meningkatkan sekresi endorphin dalam darah ibu sehingga membuat lebih rilek, sehat dan nyaman serta siap untuk menghadapi proses persalinan.

Terapi Akupunktur Meningkatkan Nafsu Makan Anak

Sekitar 25% dari anak dengan tumbuh kembang normal dan 80% anak dengan keterlambatan tumbuh kembang memiliki masalah dalam proses makannya.Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan makan pada bayi dan anak-anak didefinisikan sebagai “ kegagalan makan secara adequat yang sifatnya menetap yang terlihat dari kegagalan bertambahnya berat badan secara signifikan atau kehilangan berat badan secara signifikan dalam satu bulan terakhir”. Kriteria diagnostik juga harus memperlihatkan secara spesifik bahwa tidak terdapat kelainan gastrointestinal atau kelainan medik lainnya, tidak terdapat kekurangan nutrisi tertentu, tidak terdapat gangguan mental dan harus terjadi pada umur kurang dari 6 tahun.Sebagian besar dokter anak menyimpulkan gangguan makan sebagai penolakan atau ketidakmampuan anak untuk makan atau minum dalam jumlah yang adekuat guna menjaga status gizinya tanpa melihat etiologi.

Nafsu makan atau selera makan diatur oleh pusat pengaturan nafsu makan yang terletak di hipothalamus. Masalah gangguan makan tetap merupakan sesuatu yang sulit dipahami karena melibatkan banyak faktor diantaranya : faktor psikologi, biokimia, perkembangan, fisiologi, dan fenomena psikiatri. Pada beberapa kasus penyebab gangguan makan tidak diketahui dengan pasti namun pada anak dengan nafsu makan rendah, yang perlu mendapatkan perhatian adalah motilitas lambung.

Mekanisme kerja akupunktur dalam mengatasi gangguan makan pada anak salah satu adalah melalui perbaikan terhadap waktu pengosongan lambung.Telah lama diketahui bahwa distensi lambung memberikan sinyal rasa kenyang ke otak.Peningkatan waktu pengosongan lambung dan usus berhubungan dengan meningkatnya rasa lapar. Stimulasi pada beberapa titik akupunktur terbukti dapat memperbaiki motilitas gastrointestinal. Melalui peningkatan motilitas lambung akan meningkatkan waktu pengosongan lambung akan akan timbul perbaikan pada nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang CP, dkk, (2008) akupunktur terbukti dapat mempercepat waktu pengosongan lambung.

Beberapa teknik stimulasi pada titik akupunktur terbukti dapat membantu mengatasi anoreksia (hilangnya nafsu makan) pada anak kedua dinilai efektif untuk memperbaiki nafsu makan pada anak.Stimulasi yang digunakan untuk terapi anoreksia pada anak biasanya tidak menggunakan jarum akupunktur melainkan dengan menggunakan teknik moksibusi atau teknik rangsang panas. teknik ini tentu tidak menimbulkan rasa sakit/ nyeri akibat tusukan jarum. Penggunaan teknik mosibusi yang tepat akan memberikan sensasi hangat dan nyaman yang disukai oleh anak-anak.